Developer dan IT Operations kerap kali berjibaku dengan tugas-tugas yang repetitif dan manual. Misalnya, Developer merencanakan aplikasi (plan), menulis kode (code), mengemasnya (build), dan melakukan pengujian (test). Sementara itu, IT Operations merilis aplikasi (release), menggelar aplikasi (deploy), serta mengoperasikan (operate) dan memantau (monitor) infrastruktur yang mendasari aplikasi tersebut.
Automasi akan menjadikan proses pengembangan (development), pengujian (testing), dan penggelaran (deployment) menjadi cepat. Namun, untuk mewujudkan hal itu, Anda perlu mengidentifikasi sekiranya di bagian mana saja proses automasi bisa diterapkan.
Beberapa contoh proses yang bisa diautomasi, antara lain:
- integrasi kode (code integration),
- reviu kode (code review),
- pengujian (testing),
- keamanan (security),
- penggelaran (deployment), dan
- pemantauan (monitoring).
Dengan menerapkan DevOps, tugas-tugas repetitif dan manual dapat diotomatiskan sehingga memungkinkan tim (baik Developer maupun IT Operations) untuk fokus menciptakan inovasi.
Automasi akan menjadikan proses pengembangan (development), pengujian (testing), dan penggelaran (deployment) menjadi cepat. Namun, untuk mewujudkan hal itu, Anda perlu mengidentifikasi sekiranya di bagian mana saja proses automasi bisa diterapkan.
Tentunya, semua proses automasi tersebut haruslah diterapkan menggunakan tools atau layanan yang tepat. Sebagai contoh, Infrastructure as Code (nanti kita bahas) dapat digunakan untuk membuat environment (sebuah sistem yang berisi hardware dan software untuk menjalankan aplikasi) yang sudah ditentukan sebelumnya. Environment tersebut pun bisa kita versikan sehingga konsisten dan dapat di-deploy berulang kali.